CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Sabtu, 28 Juli 2012

jangan hujan malam ini

selamat malam teman temin ^^
malam ini lg mood untuk ngeblog. inspirasinya dari seekor kucing imut unyu unyu yang aku liat tadi d jalan d sekitar rumah

Tuhaaaaaaaan, jangan hujan malam ini please :'''(

tadi sore sekitar jam 18. 33 aku ngabuburit di sekitar rumah untuk nyarik bukaan. pas lg d jalan aku denger suara meong meong, yang pastinya suara dr seekor kucing. aku agak peka kalau denger suara kucing, soalnya aku sukaaaaaklii sama hewan berkaki empat itu

setelah mendengar suara itu, aku langsung mencari darimana asal bunyi suara itu. dan akhirnya mata ku menemukan seekor kucing kecil berwarna putih, ada segaris warna kuning di alis matanya
matanya masih "suci" polos gak berdosa. dia sembunyi di rerumputan, takut akan orang dan kenderaan yang lalu lalang :(

rasanya ingiiin sekali memegangnya dan membawannya pulang ke rumah, tapi apa daya kucing di rumahku uda 6 ekor huaaaa
dan aku gak dikasi lagi untuk nambah personil dari grup kucingku

pelan pelan aku melangkahkan kaki untuk pulang ke rumah, sesekali masih melihat ke belakang, prihatin melihat kucing kecil yang sepertinya masih berumur sekitar 2 mingguan
masih terlalu kecil untuk menghadapi kerasnya hidup ini *ceilaah* *lebay*

yang terpikirkan di otakku adalah, tega banget induknya ninggalin anaknya yang imut gitu. apa dy anak haram yang tidak diinginkan keberadaannya? macam manusia ajaa

sampai detik ini aku masih khawatir dengan keadaan kucing kecil itu. aku hanya bisa berharap agar induknnya menemukan dan melindungi anaknya sampai dia bisa mandiri
:)))

Kamis, 26 Juli 2012

Calon PKM wkwk


COCOPEAT SEBAGAI MEDIA TANAM YANG TAHAN LAMA UNTUK TANAMAN SAWI

Latar Belakang
Sabut kelapa kebanyakan kurang dimanfaatkan oleh masyarakat. Biasanya sabut kelapa di padu dengan kayu digunakan sebagai kayu bakar untuk memasak. Sabut kelapa seringkali diremehkan karena hanya mempunyai nilai ekonomi yang rendah, tetapi tidak banyak orang yang mengetahui bahwa dibalik kasar dan buruknya sabut kelapa ternyata mempunyai banyak manfaat serta nilai ekonomi yang tinggi. Manfaat sabut kelapa yang sering kita dengar salah satunya adalah untuk bahan bakar tungku sebagai pengganti kayu bakar.
Selain itu, sabut kelapa di bidang pertanian dimanfaatkan sebagai media tanam pada teknik hidroponik, pembungkus batang pada proses pencangkokkan dan lain sebagainya.Dari data Statistik Perkebunan Indonesia 2006-2008  produksi kelapa di Jawa Tengah mencapai 175.144 ton.
Sabut kelapa merupakan bagian terluar buah kelapa yang membungkus tempurung kelapa. Ketebalan sabut kelapa berkisar 5-6 cm yang terdiri atas lapisan terluar (exocarpium) dan lapisan dalam (endocarpium). Endocarpium mengandung serat-serat halus yang dapat digunakan sebagai bahan pembuat tali, karung, pulp, karpet, sikat, keset, isolator panas dan suara, filter, bahan pengisi jok kursi/mobil dan papan hardboard. Satu butir buah kelapa menghasilkan 0,4 kg sabut yang mengandung 30% serat. Komposisi kimia sabut kelapa terdiri atas selulosa, lignin, pyroligneous acid, gas, arang, ter, tannin, dan potassium

Sawi merupakan terna, tumbuh liar di tepi saluran air, di ladang dan di tempat-tempat yang tanahnya agak lembab sampai setinggi 1300 m dari permukaan laut. Berbatang basah, tinggi sampai 55 cm. Daun bentuk bulat telur atau bulat memanjang, ujung melancip, tepi bergerigi atau beringgit, tunggal atau duduk tersebar. Bunga kecil warna kuning, tersusun dalam tandan pada ujung-ujung batang. Buah berupa buah lobak, bila masak membuka dengan dua katub
Beberapa kandungan gizi dari sayuran sawi adalah sebagai berikut :
-       Sayur sawi kaya akan vitamin A (Mata dan kulit), B (untuk pertumbuhan), C (mencegah sariawan), E (untuk kulit), dan K (untuk peredaran darah dan diabetes)
-       Selain vitamin, sawi juga mengandung karbohidrat,  protein, dan lemak yang bermanfaat bagi kesehatan
v Apakah Cocopeat itu?
Cocopeat adalah serbuk halus sabut kelapa yang dihasilkan dari proses penghancuran sabut kelapa. Dalam proses penghancuran sabut dihasilkan serat yang lebih dikenal fiber, serta serbuk halus sabut yang dikenal cocopeat. Serbuk tersebut sangat bagus digunakan sebagai media tanam karena dapat menyerap air dan menggemburkan tanah. Selain itu cocopea juga bias digunakan sebagai media ternak cacing, bahan baku panel furniture, dan bahan baker pembuatan batu bata.
Adapun cocopeat bisa dipergunakan sebagai media semai dan untuk stek tanaman. Semoga informasi berikut dapat memberikan manfaat: Pemanfaatan sabut kelapa lain yang tidak kalah menarik adalah sebagai cocopeat yaitu sabut kelapa yang diolah menjadi butiran-butiran gabus sabut kelapa. Coco peat dapat menahan kandungan air dan unsur kimia pupuk serta dapat menetralkan keasaman tanah. Karena sifat tersebut, sehingga coco peat dapat digunakan sebagai media yang baik untuk pertumbuhan tanaman hortikultura dan media tanaman sistem hidroponik.
v Sulitkan mengolah sabut kelapa menjadi Cocopeat?
Cocopeat diolah dari sabut kelapa. Sebelum diolah, sabut kelapa direndam selama 6 bulan untuk menghilangkan senyawa-senyawa kimia yang dapat merugikan tanaman seperti tanin. Senyawa itu dapat menghambat pertumbuhan tanaman dengan setiap beberapa hari air rendaman di ganti. Setelah dikeringkan, sabut kelapa itu dimasukkan ke dalam mesin untuk memisahkan serat dan jaringan empulur.
Residu dari pemisahan itulah yang kemudian dicetak membentuk kotak. Media dicetak dengan tingkat kerapatan rongga kapiler sehingga dapat menyimpan oksigen sampai 50%. Itu lebih tinggi ketimbang kemampuan menyimpan oksigen pada tanah yang hanya 2-3%. Ketersediaan oksigen pada media tanam dibutuhkan untuk pertumbuhan akar.
Hasil penelitian Dr Geoff Creswell, dari Creswell Horticultural Service, Australia, media tanam cocopeat sanggup menahan air hingga 73%. Dari 41 ml air yang dialirkan melewati lapisan cocopeat, yang terbuang hanya 11 ml. Jumlah itu jauh lebih tinggi daripada sphagnum moss yang hanya 41%. Secara umum, derajat keasaman media cocopeat 5,8-6, pada kondisi itu tanaman optimal menyerap unsur hara. Derajat keasaman ideal yang diperlukan tanaman 5,5-6,5.
Karena kemampuan cocopeat menahan air cukup tinggi, hindari pemberian air berlebih. ‘Pada beberapa jenis tanaman, media terlalu lembap dapat menyebabkan busuk akar,’  Oleh sebab itu, ia mencampur cocopeat dengan bahan lain yang daya ikat airnya tidak begitu tinggi seperti pasir atau arang sekam. Creswell menyarankan, air diberikan sedikit demi sedikit tetapi kontinu seperti dengan cara irigasi tetes atau pengabutan dalam sistem hidroponik.
Menurut Kevin Handreck dalam bukunya Growing Media, kandungan klor pada cocopeat cenderung tinggi. Bila klor bereaksi dengan air, ia akan membentuk asam klorida. Akibatnya, kondisi media menjadi asam. Sedangkan tanaman umumnya menghendaki kondisi netral. Sydney Environmental and Soil Laboratory, Australia, mensyaratkan kadar klor pada cocopeat tidak boleh lebih dari 200 mg/l. Oleh sebab itu, pencucian bahan baku cocopeat sangat penting. Sekadar berjaga-jaga, setiap kali membeli cocopeat yang sudah jadi, sebaiknya merendamnya hingga dua atau tiga hari. Air rendaman diganti setiap hari. Karena khawatir masih mengandung tanin atau zat-zat racun lainnya. Membeli cocopeat hasil pabrikan lebih terjamin. Produsen biasanya mencantumkan spesifikasi produk seperti porositas, kelembapan, water hold capacity (WHC), derajat keasaman (pH), electric conductivity (EC), indeks kadar racun, kandungan mineral, dan cara penggunaannya pada kemasan atau brosur.
v Cocopeat di masa depan
Cocopeat diperkirakan akan menjadi alternatif dunia bagi peningkatan kesuburan tanah, sebab bila dicampurkan dengan tanah berpasir hasil tanam pun menabjubkan. Hanya saja unsur hara tanah tidak tersedia dalam cocopeat untuk itu pupuk masih sangat dibutuhkan. Cocok buat pembibitan, perkebunan, pertanian bahkan untuk tanaman anthurium. Kelebihan sekam dan serbuk gergaji meningkatkan sirkulasi udara dan sinar matahari ada pada cocopeat, tapi kelemahanan sekam dan serbuk gergaji bersifat panas dan bertahan hanya 6 bulan saja berbeda dengan cocopeat yang netral dan tahan lama.
v Kekurangan Cocopeat
Kekurangan cocopeat adalah banyak mengandung zat Tanin. Zat Tanin diketahui sebagai zat yang menghambat pertumbuhan tanaman. Untuk menghilangkan zat Tanin yang berlebihan, maka bisa dilakukan dengan cara merendam cocopeat di dalam air bersih selama beberapa jam, lalu diaduk sampai air berbusa putih. Selanjutnya buang air dan diganti dengan air bersih yang baru. Demikian dilakukan beberapa kali sampai busa tidak keluar lagi.
v  The Goal Is
Sebagai penutup: Cocopeat merupakan serabut kelapa yang sudah disterilisasi . Cocopeat bersifat menyimpan air. Dengan menggunakan cocopeat penyiraman dapat dilakukan dengan lebih jarang. Penyiraman dilakukan setelah media kering.Perlakuan cocopeat sebelum digunakan sebagai media tanam untuk anggrek.Serabut kelapa mengandung zat tanin, atau zat anti gizi. Adanya zat tanin ditandai dengan keluarnya warna merah bata saat serabut kelapa direndam dalam air. Sebelum digunakan rendam selama sehari atau direbus terlebih dahulu sampai warna merah yang keluar benar-benar berkurang. Dengan pengaplikasian sabut kelapa menjadi media tanam, maka dapat mengurangi sampah/limbah yang ada dilingkungan kita sehingga dapat menghindari kekumuhan, bencana alam banjir dan sarang penyakit. Serta dapat mengoptimalkan media tanam sebab lahan pertanian beserta tanah di Indonesia telah banyak mengalami degradasi sehingga kurang efektif dalam penanaman dan semakin sempitnya areal pertanian yang sudah beralih fungsi menjadi daerah industry lainnya.

Gunungku Aktif Lagi :o


walaupun hanya mahasiswi biasa, yang belum pernah mendaki atau menjamah sang gunung sinabung yang terkenal di Sumatera Utara itu, saya tetap memberanikan diri untuk ngePost. kenapa? kalau gak sekarang kapan lagi ;) masih muda harus aktif dan dapat mengoptimalkan waktu dengan baik. bener kan wee ^-^
okee, pasti hampir semua penduduk di Indonesia sudah mengenal atau sekedar tau dengan Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Walaupun saya tidak pernah mendaki gunung ini tapi dari jauh saja sudah terpampang keindahan view dari gunung ini
https://encrypted-tbn0.google.com/images?q=tbn:ANd9GcRZ4MJebTn5ETWP77utDmf_xZnKg3uVF17zOaLlXy5dtO_OhRe0
Gunung Sinabung adalah sebuah gunung di Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Indonesia. Sinabung bersama Sibayak di dekatnya adalah dua gunung berapi aktif di Sumatera Utara. Ketinggian gunung ini adalah 2.460 meter. Gunung ini menjadi puncak tertinggi di Sumatera Utara. Gunung ini belum pernah tercatat meletus sejak tahun 1600. Koordinat puncak gunung Sinabung adalah 3 derajat 10 menit LU, 98 derajat 23 menit BT.
Gunung Sinabung yang mempunyai diameter 7 km masih berupa kerucut tajam dan bentuknya masih seperti 'tumpeng'. "Artinya kalau diibaratkan bisul, memang belum pernah pecah, melainkan bisul yang sedang tumbuh,"
Menurut Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) terlihat bahwa gunung ini berkembang sangat cepat.
http://rovicky.files.wordpress.com/2010/08/sinabung1.jpg?w=529&h=233
G Sinabung dan G Sibayak
Aktivitas letusan dan sifat Gunungapi Sinabung tidak pernah tercatat, oleh karena itu tidak diketahui aktivitas letusannya. Karena letusannya tidak pernah tercatat sejak tahun 1600, maka G. Sinabung dikelompokkan dalam tipe B, dan tidak dilakukan pemantauan secara menerusSejak 27 Agustus 2010 gunung ini mengeluarkan asap dan abu vulkanis.Pada tanggal 29 Agustus 2010 dini hari sekitar pukul 00.15 WIB (28 Agustus 2010, 17.15 UTC), gunung Sinabung mengeluarkan lava
Gunung Sinabung meletus pada hari minggu tanggal 29 Agustus 2010 pukul 00.15 WIB etelah hampir 1600 tahun yang lalu. Gunung Sinabung, Karo, Sumatera Utara kembali meletus pagi tadi, pukul 06.30 Wib, Senin 30 Agustus 2010. Letusan yang mengeluarkan asap tebal itu, berakibat menimbulkan kubah lava baru di puncak gunung merapi. http://rovicky.files.wordpress.com/2010/08/kompas.jpg?w=468&h=256
Namun pada 29 Agustus 2010 tengahmalam pukul 00.08 WIB, terdengar suara gemuruh. Dengan aktivitas tersebut maka G. Sinabung diubah tipenya dari tipe B menjadi tipe A dan statusnya dinyatakan AWAS terhitung pukul 00.10 WIB tanggal 29 Agustus 2010. Hal ini karena pada pukul 00.10 WIB setelah berkoordinasi dengan tim di lapangan, diputuskan dilakukan pengungsian masyarakat yang bermukim dan beraktivitas pada radius 6 km dari kawah aktif.
http://rovicky.files.wordpress.com/2010/08/tribunnews.jpg?w=300&h=185
Sekitar pukul 00.12 WIB, tampak asap letusan dengan ketinggian 1500 meter dari bibir kawah.
Kalau dibandingkan dengan Gunung Kelud yang “gagal” meletus sebelumnya telah menunjukkan tanda-tanda dalam waktu yang cukup lama  bahkan sempat dituliskan dalam beberapa dongengan

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgiXlp4thzEP_AOugOUBDsQeLz1xcAeYNEkoX0IhCBiRinKlZkpHFFOyLMlN_jPGbtAiaC2O-kKC8OtYtsWbHklo0EaM6EjLybDSZ7QqiAEKMQ4fiBvlWVd2T7WcrYTKPXQw0gOPVuZVKI/s1600/gunung_sinabung_gambar.jpg
Gunung Sinabung dilihat dari Gundaling pada 13 September 2010
Banyak turis asing maupun lokal yang sering mengunjungi tempat ini apalagi ketika hari libur. Sebab dapat mengobati penat dari kegiatan selama ini. Oleh karena itu, gunung sinabung ini harus dijaga kelestariannya agar tidak terjadi illegal logging yang pastinya akan memberikan dampak negative bagi penduduk

Senin, 23 Juli 2012

Bioteknologi Pertaanian: Nitrifikasi & Denitrifikasi


PENDAHULUAN
Latar Belakang
            Tanah yang terbentuk dari bahan-bahan berupa bahan mineral dan organik, air serta udara tersusun di dalam ruangan yang membentuk tubuh tanah. Akibat berlangsungnya proses pembentukan tanah itu, maka terjadilah perbedaan morfologi, kimia, fisis, dan biologi dari tanah yang berbeda-beda pula         (Hakim, dkk,1986).
Tanah, udara dan air adalah media yang sangat penting bagi kelangsungan hidust`kehidupan akan berjalan apabila terdapat tiga unsur kehidupan tersebut. Mempelajari tentang tanah merupakan langkah awal untuk mengetahui tentang keanekaragaman alam. Tanah yang sudah tercemari oleh air dan udara dapat di hijaukan kembali dengan reboisasi lahan (Dingus, 1999).
            Di dalam tanah hidup berbagai jasad renik (mikroorganisma) yang melakukan berbagai kegiatan yang menguntungkan bagi kehidupan makhluk-makhluk hidup lainnya atau dengan perkataan lain menjadikan tanah memungkinkan bagi kelanjutan siklus kehidupan makhluk-makhluk alami (Sutedjo, dkk,1991).
Tanah itu merupakan medium alam untuk pertumbuhan tanaman. Tanah menyediakan unsur-unsur hara sebagai makanan tanaman untuk pertumbuhannya. Selanjutnya unsur hara diserap oleh akar tanaman dan melalui daun dirobah menjadi persenyawaan organik seperti karbohidrat, protein, lemak dan lain-lain yang amat berguna bagi kehidupan manusia dan hewan (Hakim, dkk, 1986).

Tujuan Percobaan
            Adapun tujuan dari percobaan Nitrifikasi dan Denitrifikasi ini adalah untuk memonitor transformasi yang dilakukan mikroba terhadap senyawa nitrogen di dalan tanah.
Kegunaan Percobaan
-          Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti praktikal test di Laboratorium Bioteknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
-          Sebagai sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.













TINJAUAN PUSTAKA
Nitrifikasi
            Nitrifikasi adalah suatu proses oksidasi enzimatik yakni perubahan senyawa amonium menjadi senyawa nitrat yang dilakukan oleh bakteri-bakteri tertentu. Proses ini berlangsung dalam dua tahap dan masing-masing dilakukan oleh grup bakteri yang berbeda. Tahap pertama adalah proses oksidasi amonium menjadi nitrit yang dilaksanakan oleh bakteri Nitrosomonas sp dan tahap kedua adalah proses oksidasi enzimatik nitrit menjadi nitrat yang dilaksanakan oleh bakteri Notrobakter sp. Proses oksidasi enzimatik perubahan amonium menjadi nitrat dan selanjutnya menjadi nitrat digambarkan sebagai berikut :
2 NH4 + 3 O2     Oksidasi Enzimatik          2 NO2 + 2 H2O + 4H+ + Energi
                        Bakteri Nitrosomonas
2 NO2 +  O2     Oksidasi Enzimatik          2 NO3  + Energi
                        Bakteri Nitrobacter
(Damanik, dkk, 2010).
                Bakteri adalah yang paling berkelimpahan dari semua organisme. Mereka tersebut tersebar di tanah, air, dan sebagian bersimbiosis dengan organisme lainnya. Banyak patogen merupakan bakteri, biasanya berukuran 0,5-5 Nm.mereka umumnya memiliki dinding sel. Seperti sel tumbuhan dan jamur tetapi dengan komposisi sangat berbeda (Inansetyo dan Kurniastuty, 1995).
            Bakteri nitrifikasi sangat peka terhadap lingkungan, karenanya nitrifikasi merupakan hubungan lemah dalam peredaran nitrogen. Faktor-faktor tanah yang mempengaruhi proses nitrifikasi dapat disebutkan yaitu : (1) aerasi, (2) suhu, (3) kelembaban, (4) kapur aktif, (5) pupuk dan (6) nisbah karbon – nitrogen    (Hakim, dkk,1986).   
Bakteri nitrogen adalah bakteri yang mampu mengikat nitrogen bebas dari udara dan mengubahnya menjadi suatu senyawa yang dapat diserap oleh tumbuhan. Kelompok bakteri ini ada yang hidup bebas maupun simbiosis. Bakteri nitrogen yang hidup bebas yaitu Azotobacter chroococcum, Clostridium pasteurianum, dan Rhodospirillum rubrum. Bakteri nitrogen yang hidup bersimbiosis dengan tanaman polong-polongan yaitu Rhizobium leguminosarum, yang hidup dalam akar membentuk nodul atau bintil-bintil akar. Tumbuhan yang bersimbiosis dengan Rhizobium banyak digunakan sebagai pupuk hijau seperti Crotalaria, Tephrosia, dan Indigofera. Akar tanaman polong-polongan tersebut menyediakan karbohidrat dan senyawa lain bagi bakteri melalui kemampuannya mengikat nitrogen bagi akar. Jika bakteri dipisahkan dari inangnya (akar), maka tidak dapat mengikat nitrogen sama sekali atau hanya dapat mengikat nitrogen sedikit sekali. Bintil-bintil akar melepaskan senyawa nitrogen organik ke dalam tanah tempat tanaman polong hidup (Anonimous, 2010).
Denitrifikasi
            Apabila tanah dalm keadaan tergenang, maka oksigen didesak keluar dan proses dekomposisi berlangsung dalam keadaan anaerob. Beberapa mikroorganisme seperti Pseudomonas, Micrococcus, Bacillus, dan        Thiobacillus thiopharus dalam keadaan demikian dapat mereduksi nitrat dan nitrit, memanfaatkan oksigennya (Hakim, dkk, 1986).
            Denitrifikasi secara umum merupakan proses reduksi nitrat (NO3) secara bertahap menjadi nitrit (NO2), Nitrouse Dioxide (N2O), Nitrouse oxide (NO),  sampai menjadi N2 dalam kondisi anaerobik. Denitrifikasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : kelembapan tinggi, pH netral (6,8-8,0), ketersediaan karbon, kadar oksigen terlarut dan temperatur yang tinggi. proses denitrifikasi tidak lepas dari peranan bakteri denitrifikasi (denitrifier). bakteri yang berperan dalam denitrifikasi umumnya merupakan bakteri anaerobik. Terdapat 3 kelompok bakteri denitrifikasi yaitu : bakteri pereduksi NO3 menjadi N2O, bakteri pereduksi NO2 menjadi N2, dan bakteri pereduksi NO3 menjadi NO2, NO, N2O (Anonimous, 2010).
            Dalam situasi normal maka nitrogen dapat diproses menjadi bentuk amonium atau bentuk nitrat yang langsung tersedia bagi tanaman. Tetapi dalam keadaan tertentu, yaitu kalau udara dalam tanah terbatas akibat drainase jelek (air menggenang), atau disebabkan oleh pemakaian berlebihan dari bahan organik mentah yang bersifat mudan busuk sehingga nitrat dan nitrit yang terbentuk akan menghasilkan gas nitrogen atau hasil oksidasi lain yang akhirnya dapat menguap ke udara. Peristiwa ini terjadi dalam tanah yang dilakukan terutama oleh organisme anaerobik yang aktif dalam keadaan tanpa oksigen, dan akan terjadi reduksi. Proses terjadinya reduksi dari nitrat ke nitrit, amonia atau nitrigen bebas disebut denitrifikasi (Hardjadi, 1979).
Golongan aerobik, yaitu bakteri azotobakter yang tersebar secara meluas, ditemukan dalam tanah dengan pH 6.0 lebih, reaksi tanah ini merupakan faktor pembatas pada perkembangan dan penyebaran bakteri tersebut, memang pada pH kurang dari 6.0 dapat juga hidup tetapi tidak aktif. Golongan anaerobik, yaitu golongan clostridium yang dapat lebih menyesuaikan diri pada keadaan asam dibandingkan dengan bakteri-bakteri lain dari golongan anearobik, kadang-kadang penyebarannya luas (di dan kemana-mana), sehingga sering ditemukan di setiap jenis tanah dalam keadaan yang menguntungkan karena dapat mengikat nitrogen (Sutedjo, dkk,1991).





















BAHAN DAN METODE PERCOBAAN
Tempat dan Waktu Percobaan
            Percobaan Nitrifikasi dan Denitrifikasi ini dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Pertanian Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian,                           Universitas Sumatera Utara, Medan pada tanggal 07 Mei 2012 pkl. 15.00 WIB.
Bahan dan Alat
Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
-          Tanah Piner sebagai bahan percobaan.
-          Tanah Tridharma sebagai bahan percobaan.
-          Tanah Parkiran sebagai bahan percobaan.
-          Tanah ATP sebagai bahan percobaan.
-          TKKS sebagai media yang dicampurkan dengan tanah.
-          Kapas, untuk menyumbat mulut botol infus.
-          Cling wrap, untuk mengisolasi botol infus yang digunting.
-          Plastik, untuk menutup mulut botol aqua.
-          Karet gelang, untuk mengikat plastik.
-          Kertas saring, untuk menyaring larutan tanah.
-          Glukosa, sebagai bahan untuk mengetahui proses denitrifikasi.
-          Reagen Nesstler, sebagai bahan pendeteksi ada atau tidaknya proses nitrifikasi.
-          Asam borat sebagai bahan membuat reagen.
-          KNO3 sebagai bahan dalam proses nitrifikasi.
-          Larutan NH4 (SO4)2 sebagai larutan dalam perlakuan infus.
-          Aquadest, sebagai bahan pelarut tanah.
-          Paku, sebagai gantungan kawat.
-          Air, sebagai bahan pelembab kapas.
-          Label nama, untuk memberi tanda pada masing-masing botol.
Alat
Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah
-          Timbangan analitik, untuk menimbang tanah.
-          8 buah botol infus sebagai wadah setiap jenis tanah.
-          4 buah botol aqua 600 ml sebagai wadah tanah.
-          2 buah aqua cup sebagai wadah tanah.
-          Erlenmeyer, sebagai wadah penampung larutan tanah.
-          Pisau untuk memotong botol aqua dan botol infus.
-          Beaker glass, sebagai wadah untuk mencampurkan larutan.
-          Corong, untuk menyalurkan larutan tanah ke wadah.
-          Gelas ukur, untuk mengukur volume air.
-          Pipet skala untuk mengambil/memindahkan larutan.
-          Pipet volumetri untuk mengambil larutan tanah dan air.
-          Pipet tetes untuk meneteskan nessler.
-          Handsprayer sebagai wadah alkohol untuk sterilisasi alat dan bahan.
-          Botol balsem, untuk wadah Reagen.
-          Spatula, untuk mengaduk larutan.
-          Porselen, sebagai wadah dilakukannya proses pengenceran
-          Kawat, untuk menggantungkan botol infus.
-          Selang infus, untuk mengalirkan air yang terdapat di dalam infus.
-          Ember untuk tempat mencuci alat.
-          Botol aquades untuk tempat aquades.
Metode Percobaan
I. Prosedur percobaan pada botol infus
-          Dibuka bagian atas 8 botol infus.
-          Di sumbat bagian bawahnya dengan  cling wrap , letakkan kapas pada bagian bawah dan dilembabi dengan air.
-          Pada 4 botol infus ditambahkan dengan TKKS di atas kapas.
-          Ditimbang setiap jenis tanah sebanyak 100 gr, lalu dimasukkan ke dalam botol infus.
-          Ditimbang KNO3 sebanyak 10 gr, lalu masukkan beserta tanah yang sudah ditimbang ke dalam botol infus.
-          Ditutup bagian atas botol infus dengan cling wrap lalu di gantung dengan menggunakan kawat.
-          Diinkubasi selama 1 minggu.
-          Setelah 1 minggu dibuka cling wrap bagian atas lalu ditambahkan 50 mL air, bagian bawah botol infus dilubangi dengan menggukan selang infus.
-          Dialirkan air tersebut di alirkan dan ditampung di botol balsem.
-          Diambil 5 tetes larutan tanah tersebut dan diletakkan ke dalam porselen lalu ditambahkan 1 tetes Reagen Nesstler.
-          Diamati warnanya. Apabila warna larutan kuning pekat itu menunjukkan proses nitrifikasi berlangsung dalam jumlah tinggi.
-          Dilakukan pengenceran untuk membuktikan kejenuhan proses nitrifikasi tersebut.
II. Prosedur percobaan pada botol Aqua 500 mL
-          Dibuka bagian atas 4 botol Aqua.
-          Ditimbang setiap jenis tanah sebanyak 100 gr, lalu dimasukkan ke dalam botol Aqua
-          Ditutup bagian atas botol Aqua dengan menggunakan plastik dan diikat dengan karet, bolongi p;astik tersebut.
-          Diinkubasi selama 1 minggu.
-          Setelah 1 minggu plastik bagian, diambil 10 gr tanah lalu diletakkan ke dalam beaker glass.
-          Ditambahkan 25 mL aquadest, aduk dengan spatula.
-          Disaring larutan tanah tersebut dengan menggunakan corong yang di alsi dengan kertas saring.
-          Ditampung saringan larutan tersebut di dalam erlenmeyer.
-          Diambil 5 tetes larutan tanah tersebut dan diletakkan ke dalam porselen lalu ditambahkan 1 tetes Reagen Nesstler.
-          Diamati warnanya. Apabila warna larutan kuning pekat itu menunjukkan proses nitrifikasi berlangsung dalam jumlah tinggi.
-          Dilakukan pengenceran untuk membuktikan kejenuhan proses nitrifikasi tersebut.





HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Percobaan Pada Botol Aqua dengan Penambahan 0,01 % KNO3
Kontainer
I
II
III
IV
Tanah
ATP
Tridharma
Parkiran
Piner
Perubahan Warna
-
-
-
-

Percobaan Pada Infus + 500 ml NH4SO4
Kontainer
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
Tanah
ATP
Piner
Tridharma
Parkiran
ATP+ TKKS
Piner+ TKKS
Tridarma+ TKKS
Parkiran +TKKS
Perubahan Warna
-
-
-
-
-
-
-
-

Percobaan Pada Botol Iinfus
Nitrat
Parkiran +TKKS
Tridharma + TKKS
Piner +TKKS
ATP +TKKS
Parkiran
Tridharma
Piner
ATP
0
-
+
-
+
+
+
-
-
1x
-
+
-
+
+
+
-
-
2x
-
+
-
+
+
-
-
-
3x
-
-
-
+
-
-
-
-
4x
-
-
-
+
-
-
-
-
5x
-
-
-
-
-
-
-
-

Percobaan Pada Botol Aqua 500 mL
Nitrat
Parkiran
Tridarma
ATP
Piner
0
+
-
-
-
1x
+
-
-
-
2x
-
-
-
-
3x
-
-
-
-
4x
-
-
-
-
5x
-
-
-
-



Pembahasan
            Dari hasil percobaan didapatlah proses nitrifikasi tertinggi pada percobaan botol aqua 500 ml terdapat pada parkiran. Hal ini dibuktikan dengan dilakukannya proses pengenceran sebanyak 1x. Ini bisa disebabkan karena jumlah botol bakteri yang menguras senyawa amoniak menjadi nitrat berada dalam jumlah yang sangat banyak dalam tanah. Hal ini sesuai dengan literatur Bennet dan O’neil (1989) yang menyatakan bahwa bakteri nitrifikasi adalah bakteri tertentu yang mampu menyusun senyawa nitrat sehingga berlangsung proses nitrifikasi.
            Dari hasil percobaan didapat proses nitrifikasi terendah adalah pada percobaan botol aqua 500 ml. Terdapat pada tanah tridarma, pineer, dan ATP. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya pengenceran, tetapi larutan  tanah yang sudah ditetesi reagen menjadi warna putih. Hal ini disebabkan karena proses nitrifikasi berlangsung sedikit sehingga nitrat yang dihasilkan pun sedikit. Hal ini sesuai dengan pernyataan Isnansetyo dan Kurniastuty (1995) yang menyatakan bahwa bakteri nitrogen yang hidup bebas yaitu Azobacter chrococcum, Clostridium pasteriannum. 
Proses nitirfikasi berlangsung tinggi pada percobaan tanah ATP+TKKS. Hal ini dibuktikan dengan dilakukannya pengenceran sebanyak 5x, tetapi warna larutan tanah yang ditetesi Reagen masih tetap berwarna kuning pekat. Salah satu faktor yang menentukan tinggi rendahnya proses nitrifikasi adalah kelembaban, suhu dan pupuk. Apabila kelembaban tinggi maka bakteri nitrogen akan berkembang dalam jumlah yang banyak, hal ini dapat mengakibatkan nitrifikasi berlangsung tinggi. Hal ini sesuai dengan literatur  Hakim, dkk, (1986) yang menyatakan bahwa Faktor-faktor tanah yang mempengaruhi proses nitrifikasi dapat disebutkan yaitu : (1) aerasi, (2) suhu, (3) kelembaban, (4) kapur aktif, (5) pupuk dan (6) nisbah karbon – nitrogen.
            Prinsip kerja nitrifikasi adalah ditimbang tanah dari 4 daerah berbeda dengan berat masing-masing 100 gram  dan dimasukkan kedalam botol infus dan botol aqua 500 ml dan dilembabi tanahnya dengan larutan (NH4)(SO4)2 pada perlakuan botol infus dan diinkubasi selama 1 minggu.
            Dalam nitrifikasi, cara penambahan bakterinya adalah dengan cara menempatkan tanaman pada iklim yang sesuai, karena bakteri mengambil makanan dari tanaman inangnya.
            Dalam percobaan ini reagen yang digunakan adalah reagen nestler. Reagen nestler berfungsi sebagai indikator nitrat yang ditandai dengan perubahan warna pada larutan tanah yang mengandung nitrat.
           









KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.      Proses nitrifikasi tertinggi pada percobaan botol infus terdapat pada sampel tanah  ATP + TKKS.
2.      Proses nitrifikasi terendah pada percobaan botol infus terdapat pada sampel tanah ATP, Piner, Piner + TKKS dan Parkiran + TKKS.
3.      Proses nitrifikasi tertinggi pada percobaan botol Aqua 500 mL terdapat pada sampel tanah Parkiran.
4.      Proses nitrifikasi terendah pada percobaan botol Aqua 500 mL terdapat pada sampel tanah Piner, ATP dan Tridharma.
5.      Azotobacter chrococcum, Clostridium pasteuriannum merupakan salah satu jenis bakteri nitrifikasi.
Saran
            Diharapkan agar praktikan dapat melakukannya dengan hati-hati agar tidak terjadinya pecahnya alat-alat laboratorium dan teliti dalam meneteskan reagen kedalam porselen..






DAFTAR PUSTAKA
Anonimuos. 2010. http://www.eshaflora.com. Diakses pada tanggal 08 Maret 2010.

Bennet, A.B. and O’neill, S.D. 1989. Horticulture Biotechnology. Willey US.  New York.

Damanik, M. M.B., Bachtiar, E. H., Fauzi, Sarifuddin, dan Hamidah, H. 2010. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU Press. Medan.

Dingus., D. D. 1999. Soil Science Laboratory Manual. California Polytechnic Institute, San Luis Obispo. California.

Hakim, N., M. Yusuf, N., A. M. Lubis, Sutopo, G. H., M. Amin, D., Go, B. H.,  dan H. H. Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah.                                  Penerbit Universitas Lampung. Lampung.

Hardjadi, S.S. 1979. Pengantar Agronomi. PT. Gramedia. Jakarta.

Isnansetyo, K. dan Kurniastuty. 1995. Teknik Kultur Phytoplankton dan Zooplankton. Kanisius. Jakarta

Sutedjo, M. M., A. G. Kartasapoetra,  dan  S. Sastroamidjojo. 1991. Mikrobiologi Tanah. Rineka Cipta. Jakarta.

Yuwono, T. 1999. Bioteknologi Pertanian. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.














FLOW CHART
Proses nitrifikasi pada percobaan botol infus :
Dilarutkan sampai warna larutan menjadi bening
 
 























Proses nitrifikasi pada percobaan botol infus :