CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Senin, 07 Mei 2012

Laporan Kurva Sigmoid


PENDAHULUAN
Latar Belakang
            Jagung adalah tanaman purba, sebagaimana ditunjukkan dari sisaan klobot yang terurut sampai sekitar 5000 SM yang ditemukan di penggalian sejarah gua Tehuacan, Meksiko. Domestika tanaman ini diperkirakan telah ada pada kurun waktu tersebut (Rubatzky dan Yamaghuci, 1998).
Para ahli botani dan pertanian memperkirakan tanaman jagung berasal dari Benua Amerika yang beriklim tropik. Nikolai Ivanovich Vonlov memastikan daerah asal sentrum jagung adalah Meksiko bagian selatan dan Amerika bagian Tengah. Penyebaran tanaman jagung ke berbagai duna ini diperkirakan terjadi ratusan tahun yang lalu. Penyebaran jagung ke benua Eropa diperkirakan terjadi ratusan tahun yang lalu. Penyebaran jagung ke Benua Eropa diperkirakan dibawa oleh Cristhoper Columbus sekitar tahun 1942, kemudian menyebar ke seluruh dunia (Rukmana, 1997).
Pada waktu ini jagung ditanam sebagai tanaman bijian komersial dari kira-kira 550  garis lintang U sampai 40 K garis lintang S dan dari ketinggian permukaan laut sampai 3800 km; dengan demikian ia merupakan tanaman padi-padian yang luas penyesuaiannya. Setelah penemuan di Amerika ia meluas secara cepat dana penanamannya terus meluas ke lingkungan yang baru, sampai sekarang. Selama 20 tahun terakhir jagung sebagai suatau tanaman perdagangan telah meluas ke dalam garis-garis lintang yang lebih tinggi di Amerika Utara dan Eropa                                     (Goldsworthy dan Fisher, 1992).
Ahli botani setuju bahwa jagung pertama kali ditemukan di Tehuacan,  Meksiko pada tahun 1961. Sejarah Modern menyebutkan bahwa Columbus tidak hanya menemukan benua Amerika, tetapi juga menemukan jagung. Kemudian penduduk Amerika khususnya bangsa Indian menanam jagung di seluruh wialayah Amerika, mulai Canada sampai Chile. Bangsa Indian yang pertama kali menanam dan mengembangbiakan jagung adalah yang bermukim di Peru, Bolena, wilayah utara Chile (Hartmainn, 1981).
Lingkungan pertumubuhan adalah faktor penting lain yang mempengaruhi zat gizi tanaman. Suhu, kelengasan, cahaya dan zat gizi tanaman secara sendiri-sendiri ataupun secara kolektif berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Jika salah satu komponen menjadi  pembatas, maka pertumbuhan tanaman akan terhambat (Rubatzky dan Yamaghuci, 1998).
Pertumbuhan tidak berlangsung secara seragam pada seluruh bagian tanaman. Pada pertumbuhan terkonsentrasi pada bagian tanaman tertentu yang disebut jaringan meristem. Jaringan meristem terdiri dari sel-sel yang baru dihasilkan dari proses pembelahan sel. Pembelahan sel pada jaringan meristem saja tidak dapat menyebabkan pertumbuhan, tetapi pembesaran sel yang dihasilkan dari pembelahan sel tersebut yang  menyebabkan pertumbuhan ukuran tanaman (Lakitan, 1996).
Pertumbuhan pada tumbuhan berlangsung terbatas pada beberapa bagian tertentu yang terdiri dari sejumlah sel bagian tertentu, yang terdiri dari sejumlah sel yang baru saja dihasilkan melalui proses pembelahan sel di meristem. Pertumbuhan (menurut batasan  di atas, yaitu pertumbuhan ukuran) mudah dirancukan dengan pembelahan sel di meristem. Pembelahan sel itu sendiri tidak menyebabkan pertambahan ukuran, namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan peryumbuhan akar. Ujung akar dan ujung tajuk tidakm mempunyai meristem (Salisbury dan Ross, 1995).
Di Amerika Serikat, Kanada dan Australia, tanaman ini umumnya disebut jagung. Semua jagung adalah istilah umum untuk bijan atau serealia. Di Inggris mislanya corn adalah istilah unhtuk gandum, sedangkan di Irlandia dan Scotlandia dengan bat. Dengan demikian, tidak mengherankan bahwa istilah corn digunakan untuk menamai spesies bijian baru yang ditemukan oleh penduduk Benua Amerika (Rubatzky dan Yamaghuci, 1998).

Tujuan Percobaan
       Untuk mengetahui pola pertumbuhan tanaman dan perkembangan tanaman jagung (Zea mays L.)
Kegunaan Percobaan
            Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti prakitkal test di Laboratorium Fisiologi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai sumber bagi pihak yang membutuhkan.
 
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Menurut Rukmana (1997) kedudukan tanaman jagung (termasuk Baby Corn) dalam sistematika tumbuhan, adalah sebagai berikut :
Kingdom                     : Plantae
Divisi                           : Spermatophyta
Sub-divisi                    : Angiospermae
Kelas                           : Monocotyledoneae
Ordo                            : Poales
Famili                          : Poacea
Genus                          : Zea
Spesie                          : Zea mays L.

            Sistem akar primer terdiri atas radikula dan akar-akar seminal yang muncul dari bagian pangkal biji ketika kecambah. Kemudian sistem akar yang tetap akan berkembang dari empat sampai lima buku pertama dari batang yang tetp di bawah tanah (Goldsworthy dan Fisher, 1992).
            Batang tanaman yang kaku ini tingginya berkisar antara 1,5 m dan 2,5 m dan terbungkus oleh pelepah daun yang  berselang-seling yang berasal dari setiap buku. Buku batang mudah terlihat. Pelepah daun terbentuk pada buku dan membungkus rapat-rapat panjang batang utama, sering melingkupi hingga batang berikutnya. Pada lidah daun (ligula), setiap pelepah daun kemudian membengkok menjadi batang sebagai daun yang panjang luas dan melengkung  (Rubatzky, 1995).
            Helaian dauan berbentuk pita 35-100 kali 3-12 cm. Anak bulir berkelamin serumah. Yang jantan terkumpul pada satu batang menjadi bulir yang rapat, ynag betina menjadi bulir yang solitair (Steenis, 1998).
            Perbungaan jantan bentuknya longgar (tassel) dan diproduksi setelah 50-60 hari. Perbungaan betina tumbuh pada ujung tongkol yang berasal dari ketiak daun. Sekitar 5% dari bunga jagung akan menyerbuk sendiri dan selebihnya akan menyerbuk silang (Pain dan Gibbon, 1999).
            Tanaman ini meiliki buah matang berbiji tunggal yang disebut karyopis. Buah ini gepeng dengn permukaan cembung atau sekung, dan dasar runcing. Buah ini terdiri dari endospermae yang mengelilingi embrio, lapisan aleuron dan jaringan perikarp yang merupakan lapisan pembungkus(Rubatzky dan Yamaghuci, 1995).
            Biji-biji menempel kuat pada suatu poros yang kuat “janggae” dan tidak seluruhnya tertutup oleh daun pelindung atau sekam-sekam sebagaimana kebanyakan padi-padi lainnya (biji-bijinya dilindungi) secara individual, pada jagung biji-biji tertutup sleuruhnya bersama-sama. Ini menghasilkan suatu prlindungan alami tongkol yang sedang masak terhadap banyak harap di lapangan dan suatu ketergantungan pada manusia untuk penyebaran dan kelangsubngan hidupnya (Goldsworthy dan Fisherr, 1992).
Syarat tumbuh
Iklim
            Jagung manis beradaptasi cukup baik terhadap iklim bebas bunga es dan ditanam hingga lintang sejauah 500 dari khatulistiwa. Namun jagung manis tidak beradaptasi dengan baik padadaerah kondisi troipk basah (Rubatzky dan Yamaghuci, 1998).
            Umumnya tanaman jagung (Zea mays L.) memiliki daya adapatasi yang baik di daerah tropis seperti di Indonesia. Tanaman ini dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai ke daratan tinggi. Daerah perkembangan baby corn yang paling baik adalah dataran rendah berketinggian 750 m dpl, tergantung daya adaptasi suatu varietas jagung (Rukmana, 1997).
            Agar tumbuh dengan baik, tanaman jagung memerlukan temperatur rata-rata antara 14-300 celcius. Pada daerah dengan ketinggian sekitar 2-200 m dpl, dengan curah hujan sekitar 600 mm-1.200 mm per tahun yang terdistribusi rata selama musim tahunan (Kartasapoetra, 1988).
            Selama pertumbuhan, tanaman jagung membutuhkan suhu optimum antara 23-270 celcius. Meskipun keadaan suhu Indonesia tidak merupakan masalah lagi pengembangan usaha tanai jagung, tetapi panen pada musim kemarau lebih baik daripada panen pada musim penghujan. Panen pada musim penghujan berpengaruh terhadap makin cepatnya kemasakan biji dan mempermudah prosses pengeringan biji di bawah sinar matahari (Rukmana, 1997).

Tanah
            Jagung menghendaki struktur tanah  yang gembur dan berdrainase baik. Oleh karenanya, lahan yang akan ditanamai perlu diadakan pengolahan. Tidak seperti padi, tanaman jagungb tidak tahan terhadap genangan, sehingga budi daya yang sangat ideal jika tersedia (air) mencukupi (Wirawan dan Wahyuni, 2002).
            Tanah sebagai media tumbuh tanaman dapat pula dimanipulasi dengan maksud agar pertumbuhan tanaman di atasnya menjadi semakin baik sehingga dapat diproduksi secara maksimal (Ashari, 1995).
            Tanaman kedelai sebenarnya dapat tumbuh di semua jenis tanah. Namun demikian, untuk mencapai tingkat pertumbuhan dan produktivitas yang optimal, kedelai harus di tanam pada jenis tanah berstruktur lempung berpasir atau liat berpasir (Adisarwanto, 2005).
            Tanah ber-PH 5,5 yang diberi kapur 2-4 ton/ha terbukti dapat menaikan hasil. Untuk tanah kurang subur dianjurakan diberi pupuk kandang terlebih dahulu sebagai pupuk dasar sebanyak 10-15 ton/ ha (Lingga dan Marsono, 2005).
            Tanah merupakan sistem despersi tiga fase yang selalu berada dalam keadaan seimbang, dinamis. Ketiga fase tersebut, yaitu fase padat, fase cair, dan fase gas, merupakan sistem yang selalu berubah tetapi berada dalam keadaan seimbang (Islami dan Wani, 1995).
            Tanaman kedelai tumbuh baik pada tanah yang subur dan memiliki drainase yang baik, tetapi kedelai toleran pada hampir semua jenis tanah. Tanah untuk pertumbuhan kacang kedelai sebaiknya mengandung Nitrogen dan campuran Bakteri. Kacang kedelai yang di tanam pada lahan yang sama selama  2-3 tahun berturut-turut akan memberikan hasil panen yang baik pada           tahun- tahun berikutnya (Duke, 1983).

Pertumbuhan dan Perkembangan
            Pertumbuhan berarti pertambahan ukuran. Karena organism multisel tumbuh dari zigot, pertambahan itu bukan hanya dalam volume, tetapi juga dalam bobot, jumlah sel, banyak protoplasma, dan pertumbuhan perlu diukur (Salisbury dan Ross, 1986).
            Agar dapat menjelaskan peranan masing-masing fase pada pertumbuhan tanaman dan membuat perhitungan secara kuantitatif diperlukan kejelasan hubungan antara ketiga fase tersebut. Jika tanah disederhanakan sebagai sistem    3 fase yang masing-masing fase digambarkan secara terpisah (Islami dan Wani, 1995).
            Pertumbuhan pada tumbuhan tidak terbatas karena meristem pucuk pada selalu membela dan menambah jumlah sel-sel. Sel-sel tersebut  sebagian besar mengalami diferensiasi menjadi jaringan dewasa, sedangkan yang lain tetap bersifat embrional / meristematik (Nugroho dan Issirep, 2005).
            Pertumbuhan pada pertumbuhan langsung terbatas pada beberapa bagian tertentu yang terdiri dari sejumlah sel yang baru saja  dihasilkan melalui proses pembelahan dan meristem (Salisbury dan Ross, 1986).
            Perkembangan merupakan semua kejadian yang secara rinci mendukung/berpartisipasi dalam membentuk badan tumbuhan. Dalam perkembangan terjadi proses tumbuh dan berdiferensiasi. Tumbuh dapat didefinisikan sebagai pertambahan volume/ukuran secara irreversible yang diikuti oleh pembelahan sel. Pembentukan sel, sintesis protein, sintesis dinding sel, pembentukan organel dan lain-lain. Sementara berdiferensiasi merupakan modifikai untuk memiliki fungsi khusus (Nugroho dan Issirep, 2005).
Perkembangan reproduktif tanaman kedelai di bagi dalam delapan tahap, dari tahap mulai berbunga hingga tahap matang penuh. Selama perkembangan reproduktif ini tanaman kedelai sensitif terhadap cekaman lingkungan, termasuk kompetisi dengan tanaman lain di sekitarnya              (Harjoni, 2006).
            Pengertian pertumbuhan membutuhkan ukuran secara tepat dan dapat dibaca dengan bentuk kuantitatif yang dapat diukur. Analisis pertumbuhan merupakan suatu cara untuk mengikuti dinamika fotosintesis yang diukur oleh produksi bahan kering (Sumarsono, 2000).
Pertumbuhan beberapa spesies tanaman akan berhenti ketika memasuki masa generatif. Sedangkan spesies lain akan berlanjut selama tumbuhan tersebut hidup. Pertumbuhan yang berhenti ketika memasuki massa generatif disebut pertumbuhan determinate, sedangkan pertumbuhan yang berlangsung selama tumbuhan  tersebut hidup disebut pertumbuhann indeterminate                            (Salisbury dan Ross, 1995).
            Setiap tanaman mempunyai koordinasi yang baik pada perkembangan bagian-bagian tanaman. Hal ini terlihat pada ukuran bagian-bagian tanaman yang berkembang sesuai dengan tingkat pertumbuhan tanaman (Islami dan Wani,1995).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan, yang secara luas dapat dikategorikan sebagai faktor eksternal (lingkungan) dan faktor internal (genetik), dikelompokan sebagai berikut : I. Faktor Eksternal : a. iklim = cahaya, temperatur, air, panjang hari, angin dan gas (CO2, O2, N2, SO2, Nitrogen (N) Oksida, Fl, Cl, dan O3, b. edafik (tanah) = tekstur, struktur, bahan organic, kapasitas pertukaran katian (catio exchange capacity, CEC), pH, kejenuhan basa, dan ketersedian nutrient, c. biologi= gulma, serangga, organisme penyebab penyakit nematoda macam-macam tipe herbivor, dan mikro organisme tanah, seperti bakteri pemfiksasi N2 dan bakteri denitrifikasi, serta mikorhiza (asosiasi simbiotik antara jamur dengan akar tanaman). II. Faktor Internal : 1.ketahanan terhadap tekanan iklim, tanah dan biologis, 2. Laju fotosintetik, 3. Respirasi, 4. Pembagian hasil asimilasi dan N, 5. Klorofil, keroten dan kandungan pigmen lainny, 6. Tipe dan letak meristem, 7. Kapasitas untuk menyimpan cadangan makanan, 8. Aktifitas enzim, 9. Pengaruh langsung gen (misalnya heterosis, epistasis), 10. Diferensiasi. Faktor-faktor yang ada dibawah pengendalian genetik yang menyumbang hasil panen sangatlah banyak, ini hanyalah sebagian daftar     (Salisbury dan Ross, 1995).


BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Percobaan
            Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan          Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 25 m di atas permukaan laut. Percobaan ini di laksanakan pada tanggal 17 September 2011 sampai dengan selesai.

Bahan dan Alat
            Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah benih jagung (Zea mays L.) sebagai objek percobaan, dan top soil, pasir, kompos sebagai media tanam, label nama untuk memberi tanda pada polibag dan polibag sebagai wadah percobaan. Air untuk menyiram benih, polibag sebagai wadah percobaan.
            Adapun alat yang digunakan adalah cangkul untuk membersihkan gulma dan mengolah tanah/lahan, meteran untuk mengukur lahan dan untuk mengukur tinggi tanaman, batu bata sebagai alas polibag, tali plastik untuk membatasi lahan, pacak untuk pembatasan lahan, ayakan untuk mengayak pasir dan top soil, buku data untuk menulis data, alat tulis untuk menulis data, gembor untuk menyiram tanaman kacang hijau, spanduk sebagai pembatas lahan dan gunting untuk menggunting tali plastik.

Prosedur Percobaan
-          Diisi media ke dalam polibag yaitu campuran top soil, pasir, dan kompos dengan perbandingan 2 : 1 : 1.
-          Direndam benih jagung yang hendak di tanam dalam air selama 15 menit.
-          Dibersihkan lahan dari gulma dan di susun batu bata sebanyak 4 buah dengan 2 batu bata sebagai landasan setiap polibag.
-          Dibuat 3 buah lubang pada setiap polibag.
-          Ditanam benih yang sudah di rendam pada polibag sebanyak 2 benih tiap lubang.
-          Diamati jumlah daun ( helai ) dan tinggi tanaman ( cm ) tiap minggu.
-          Dicatat data diagram grafiknya.



HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Tinggi Tanaman

MST
Sampel
Total
Rataan
1
(cm)
2
(cm)
1
13,1
3
7
3,5
2
26
3
7
3,5
3
51
9
23
11,5
4
90
16
36
18
5
99,2
18
40
20
6
104
21
46
23
7
107,3
44
102
51
8
108
96
186
93
9
109
91
184
92


Jumlah Daun  

MST
Sampel
Total
Rataan
1
(helai)
2
(helai)
1
2
2
4
2
2
3
2
5
2,5
3
4
3
7
3,5
4
7
5
12
6
5
9
7
16
          8,1
6
11
8
19
9,5
7
          12
9
21
10,5
8
13
9
22
11
9
13
9
22
11

Pembahasan
            Dari hasil pengamatan, tanaman jagung mengalami fase logaritmik. Hal ini dapat dilihat pada rataan tinggi tanaman jagung, pada 1 MST sampai 2 MST yaitu 13,4 cm menjadi 26,25 cm, dan pada rataan daun tanaman jagung, pada 1 MST dan 3 MST yaitu 2 cm menjadi 3,5 cm. Fase ini menunjukkan adanya pertambahan ukuran atau jumlah seiring jalannya waktu. Hal ini sesuai dengan literatur Salisbury dan Ross (1995) yaitu pada fase logaritmik, ukuran (v) bertambah secara eksponensial sejalan dengan waktu (t). ini berarti laju pertumbuhan (dv/dt) lambat pada awalnya, tapi kemudian meningkat terus laju berbanding lurus dengan ukuran organisme; semakin besar organisme, semakin cepat ia tumbuh .
Dari hasil pengamatan, tanaman jagung mengalami fase linier. Hal ini dapat dilihat pada rataan tinggi tanaman jagung, pada 3 MST sampai 6 MST yaitu 51,5  cm menjadi  104 cm dan pada rataan daun tanaman jagung pada 4 MST sampai 7 MST yaitu 6 cm menjadi 9,5 helai. Fase ini menunjukkan adanya pertumbuhan yang konstan. Hal ini sesuai dengan literatur Salisbury dan Ross (1996) yaitu pada fase linier, pertambahan ukuran berlangsung secara konstan, biasanya pada laju maksimum selama beberapa waktu lamanya.
Dari hasil pengamatan, tanaman jagung mengalami fase penuaan . Hal ini dapat dilihat pada rataan tinggi tanaman jagung bahwa ada rataan tinggi dari 7 MST sampai 9 MST yaitu 107,65 cm menjadi 109,5 cm dan pada rataan daun tanaman jagung dari 8 MST sampai 9 MST yaitu 11 helai (tidak mengalami penambahan daun). Fase penuaan ini menunjukkan adanya penurunan, karena tanaman jagung telah mencapai kematangan. Hal ini sesuai dengan literatur Salisbury dan Ross (1996) yaitu pada fase penuaan dicirikan dengan laju pertumbuhan yang menurun, saat tumbuhan sudah mencapai kematangan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan, tanaman terdiri atas       (1) faktor eksternal (lingkungan) a. iklim = cahaya, temperatur, air, panjang hari, angin dan gas (CO2, O2, N2, SO2, Nitrogen (N) Oksida, Fl, Cl, dan O3, b. edafik (tanah) = tekstur, struktur, bahan organic, kapasitas pertukaran katian (catio exchange capacity, CEC), pH, kejenuhan basa, dan ketersedian nutrient, c. biologi= gulma, serangga, organisme penyebab penyakit nematoda macam-macam tipe herbivor, dan mikro organisme tanah, seperti bakteri pemfiksasi N2 dan bakteri denitrifikasi, serta mikorhiza (asosiasi simbiotik antara jamur dengan akar tanaman). (2) faktor Internal : 1.ketahanan terhadap tekanan iklim, tanah dan biologis, 2. Laju fotosintetik, 3. Respirasi, 4. Pembagian hasil asimilasi dan N, 5. Klorofil, keroten dan kandungan pigmen lainny, 6. Tipe dan letak meristem, 7. Kapasitas untuk menyimpan cadangan makanan, 8. Aktifitas enzim, 9. Pengaruh langsung gen (misalnya heterosis, epistasis), 10. Diferensiasi. Faktor-faktor yang ada dibawah pengendalian genetik yang menyumbang hasil panen sangatlah banyak, ini hanyalah sebagian daftar  (Salisbury dan Ross, 1995).
Pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.) termasuk tipe pertumbuhan determinate. Karena pertumbuhan tanaman akan berhenti setelah memasuki fase generatif. Hal ini sesuai dengan literatur  Salisbury dan Ross (1995) yang menyatakan bahwa pertumbuhan yang berhenti ketika memasuki massa generatif disebut pertumbuhan determinate, sedangkan pertumbuhan yang berlangsung selama tumbuhan  tersebut hidup disebut pertumbuhann indeterminate.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.      Dari hasil pengamatan, tanaman jagung mengalami fase logaritmik. Hal ini dapat dilihat pada rataan tinggi tanaman jagung, pada 1 MST sampai    2 MST yaitu 13,4 cm menjadi 26,25 cm, dan pada rataan daun tanaman jagung, pada 1 MST dan 3 MST yaitu 2 cm menjadi 3,5 cm.

2.      Dari hasil pengamatan, tanaman jagung mengalami fase linier. Hal ini dapat dilihat pada rataan tinggi tanaman jagung, pada 3 MST sampai          6 MST yaitu 51,5  cm menjadi  104 cm dan pada rataan daun tanaman jagung pada 4 MST sampai 7 MST yaitu 6 cm menjadi 9,5 helai.

3.      Dari hasil pengamatan, tanaman jagung mengalami fase penuaan . Hal ini dapat dilihat pada rataan tinggi tanaman jagung bahwa ada rataan tinggi dari 7 MST sampai 9 MST yaitu 107,65 cm menjadi 109,5 cm dan pada rataan daun tanaman jagung dari 8 MST sampai 9 MST yaitu 11 helai (tidak mengalami penambahan daun).
4.      Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan, tanaman terdiri atas       (1) faktor eksternal (lingkungan) a. iklim , b. edafik (tanah) , c. biologi.   (2) faktor Internal : 1.ketahanan terhadap tekanan iklim, 2. Laju fotosintetik, 3. Respirasi, 4. Pembagian hasil asimilasi dan N,                    5. Kandungan pigmen , 6. Tipe dan letak meristem, 7. Kapasitas menyimpan cadangan makanan, 8. Aktifitas enzim, 9. Pengaruh langsung gen.

5.       Pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.) termasuk tipe pertumbuhan determinate.

Saran
            Sebaiknya praktikan melakukan perawatan secara intensif agar diperoleh hasil yang maksimal dan dapat sesuai dengan fase-fase pertumbuhan.
DAFTAR PUSTAKA

Ashari.,S.,1995.Hortikultura Aspek Budi Daya.UI Press, Jakarta.
Fisher,N.M., and Goldsworthy, P.R., UGM Press.Yogyakarta.
Fitter,A.H., and R.K.M.Hay., 1991.Fisiologi Lingkungan Tanaman. Terjemahan Sri Andini dan E.D Purbayanti. UGM Press.Yogyakarta.

Hartman,H.T., and Flocker,W.J.198.Growth.Development aand Utilization of Cultivated Plants.Englewood Cliffs,New Jersey.

Jain,V.K.,1982. 1982. Fundamental of Plant Physiology. S. Chand &  Company. New Delhi


Kartasapoetra, A.G. 1988. Teknologi Budidaya Tanaman Pangan di Daerah Tropik. Bina Aksara. Jakarta

Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Raja Grafindo Persada. Jakarta

_________. 1996. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta


Nugroho dan Sumardi. 1989. Biologi Dasar. Penebar Swadaya. Jakarta

Pain, A dan Gibbon, D. 1999. Crops of The Driver Regions of The Tropics. Intermediate Tropical Agriculture Series. New York

Pradhan, S. 2001. Plant Physiology. HAR-ANAND PUBLICATIONS PVT-ltd. New Delhi

Rukmana, H.R. 1997. Budidaya Baby Corn. Kanisus. Jakarta
____________. 1997. Usaha Tani Jagung. Kanisius. Jakarta

                          



Tidak ada komentar:

Posting Komentar