PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jagung adalah tanaman purba,
sebagaimana ditunjukkan dari sisaan klobot yang terurut sampai sekitar 5000 SM
yang ditemukan di penggalian sejarah gua Tehuacan, Meksiko. Domestika tanaman
ini diperkirakan telah ada pada kurun waktu tersebut (Rubatzky dan Yamaghuci,
1998).
Para
ahli botani dan pertanian memperkirakan tanaman jagung berasal dari Benua
Amerika yang beriklim tropik. Nikolai Ivanovich Vonlov memastikan daerah asal
sentrum jagung adalah Meksiko bagian selatan dan Amerika bagian Tengah.
Penyebaran tanaman jagung ke berbagai duna ini diperkirakan terjadi ratusan
tahun yang lalu. Penyebaran jagung ke benua Eropa diperkirakan terjadi ratusan
tahun yang lalu. Penyebaran jagung ke Benua Eropa diperkirakan dibawa oleh Cristhoper
Columbus sekitar tahun 1942, kemudian menyebar ke seluruh dunia (Rukmana,
1997).
Pada
waktu ini jagung ditanam sebagai tanaman bijian komersial dari kira-kira 550 garis lintang U sampai 40 K garis lintang S
dan dari ketinggian permukaan laut sampai 3800 km; dengan demikian ia merupakan
tanaman padi-padian yang luas penyesuaiannya. Setelah penemuan di Amerika ia
meluas secara cepat dana penanamannya terus meluas ke lingkungan yang baru,
sampai sekarang. Selama 20 tahun terakhir jagung sebagai suatau tanaman
perdagangan telah meluas ke dalam garis-garis lintang yang lebih tinggi di
Amerika Utara dan Eropa (Goldsworthy dan
Fisher, 1992).
Ahli
botani setuju bahwa jagung pertama kali ditemukan di Tehuacan, Meksiko pada tahun 1961. Sejarah Modern
menyebutkan bahwa Columbus tidak hanya menemukan benua Amerika, tetapi juga
menemukan jagung. Kemudian penduduk Amerika khususnya bangsa Indian menanam
jagung di seluruh wialayah Amerika, mulai Canada sampai Chile. Bangsa Indian
yang pertama kali menanam dan mengembangbiakan jagung adalah yang bermukim di
Peru, Bolena, wilayah utara Chile (Hartmainn, 1981).
Lingkungan
pertumubuhan adalah faktor penting lain yang mempengaruhi zat gizi tanaman.
Suhu, kelengasan, cahaya dan zat gizi tanaman secara sendiri-sendiri ataupun
secara kolektif berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Jika salah satu
komponen menjadi pembatas, maka
pertumbuhan tanaman akan terhambat (Rubatzky dan Yamaghuci, 1998).
Pertumbuhan
tidak berlangsung secara seragam pada seluruh bagian tanaman. Pada pertumbuhan
terkonsentrasi pada bagian tanaman tertentu yang disebut jaringan meristem.
Jaringan meristem terdiri dari sel-sel yang baru dihasilkan dari proses
pembelahan sel. Pembelahan sel pada jaringan meristem saja tidak dapat
menyebabkan pertumbuhan, tetapi pembesaran sel yang dihasilkan dari pembelahan
sel tersebut yang menyebabkan
pertumbuhan ukuran tanaman (Lakitan, 1996).
Pertumbuhan
pada tumbuhan berlangsung terbatas pada beberapa bagian tertentu yang terdiri
dari sejumlah sel bagian tertentu, yang terdiri dari sejumlah sel yang baru
saja dihasilkan melalui proses pembelahan sel di meristem. Pertumbuhan (menurut
batasan di atas, yaitu pertumbuhan
ukuran) mudah dirancukan dengan pembelahan sel di meristem. Pembelahan sel itu
sendiri tidak menyebabkan pertambahan ukuran, namun produk pembelahan sel
itulah yang tumbuh dan menyebabkan peryumbuhan akar. Ujung akar dan ujung tajuk
tidakm mempunyai meristem (Salisbury dan Ross, 1995).
Di
Amerika Serikat, Kanada dan Australia, tanaman ini umumnya disebut jagung.
Semua jagung adalah istilah umum untuk bijan atau serealia. Di Inggris mislanya
corn adalah istilah unhtuk gandum, sedangkan di Irlandia dan Scotlandia dengan
bat. Dengan demikian, tidak mengherankan bahwa istilah corn digunakan untuk
menamai spesies bijian baru yang ditemukan oleh penduduk Benua Amerika
(Rubatzky dan Yamaghuci, 1998).
Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui pola pertumbuhan
tanaman dan perkembangan tanaman jagung (Zea
mays L.)
Kegunaan Percobaan
Sebagai salah satu syarat untuk
dapat mengikuti prakitkal test di Laboratorium Fisiologi Tanaman Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai sumber bagi pihak yang
membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Menurut
Rukmana (1997) kedudukan tanaman jagung (termasuk Baby Corn) dalam sistematika
tumbuhan, adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Famili : PoaceaGenus : Zea
Spesie : Zea mays L.
Sistem akar primer terdiri atas
radikula dan akar-akar seminal yang muncul dari bagian pangkal biji ketika
kecambah. Kemudian sistem akar yang tetap akan berkembang dari empat sampai
lima buku pertama dari batang yang tetp di bawah tanah (Goldsworthy dan Fisher,
1992).
Batang tanaman yang kaku ini
tingginya berkisar antara 1,5 m dan 2,5 m dan terbungkus oleh pelepah daun
yang berselang-seling yang berasal dari
setiap buku. Buku batang mudah terlihat. Pelepah daun terbentuk pada buku dan
membungkus rapat-rapat panjang batang utama, sering melingkupi hingga batang
berikutnya. Pada lidah daun (ligula), setiap pelepah daun kemudian membengkok
menjadi batang sebagai daun yang panjang luas dan melengkung (Rubatzky, 1995).
Helaian dauan berbentuk pita 35-100
kali 3-12 cm. Anak bulir berkelamin serumah. Yang jantan terkumpul pada satu
batang menjadi bulir yang rapat, ynag betina menjadi bulir yang solitair (Steenis,
1998).
Perbungaan jantan bentuknya longgar
(tassel) dan diproduksi setelah 50-60 hari. Perbungaan betina tumbuh pada ujung
tongkol yang berasal dari ketiak daun. Sekitar 5% dari bunga jagung akan
menyerbuk sendiri dan selebihnya akan menyerbuk silang (Pain dan Gibbon, 1999).
Tanaman ini meiliki buah matang
berbiji tunggal yang disebut karyopis. Buah ini gepeng dengn permukaan cembung
atau sekung, dan dasar runcing. Buah ini terdiri dari endospermae yang
mengelilingi embrio, lapisan aleuron dan jaringan perikarp yang merupakan lapisan
pembungkus(Rubatzky dan Yamaghuci, 1995).
Biji-biji menempel kuat pada suatu
poros yang kuat “janggae” dan tidak seluruhnya tertutup oleh daun pelindung
atau sekam-sekam sebagaimana kebanyakan padi-padi lainnya (biji-bijinya
dilindungi) secara individual, pada jagung biji-biji tertutup sleuruhnya
bersama-sama. Ini menghasilkan suatu prlindungan alami tongkol yang sedang
masak terhadap banyak harap di lapangan dan suatu ketergantungan pada manusia
untuk penyebaran dan kelangsubngan hidupnya (Goldsworthy dan Fisherr, 1992).
Syarat tumbuh
Iklim
Jagung manis beradaptasi cukup baik
terhadap iklim bebas bunga es dan ditanam hingga lintang sejauah 500
dari khatulistiwa. Namun jagung manis tidak beradaptasi dengan baik padadaerah
kondisi troipk basah (Rubatzky dan Yamaghuci, 1998).
Umumnya tanaman jagung (Zea mays L.)
memiliki daya adapatasi yang baik di daerah tropis seperti di Indonesia.
Tanaman ini dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai
ke daratan tinggi. Daerah perkembangan baby corn yang paling baik adalah
dataran rendah berketinggian 750 m dpl, tergantung daya adaptasi suatu varietas
jagung (Rukmana, 1997).
Agar tumbuh dengan baik, tanaman
jagung memerlukan temperatur rata-rata antara 14-300 celcius. Pada
daerah dengan ketinggian sekitar 2-200 m dpl, dengan curah hujan sekitar 600
mm-1.200 mm per tahun yang terdistribusi rata selama musim tahunan
(Kartasapoetra, 1988).
Selama pertumbuhan, tanaman jagung
membutuhkan suhu optimum antara 23-270 celcius. Meskipun keadaan
suhu Indonesia tidak merupakan masalah lagi pengembangan usaha tanai jagung,
tetapi panen pada musim kemarau lebih baik daripada panen pada musim penghujan.
Panen pada musim penghujan berpengaruh terhadap makin cepatnya kemasakan biji
dan mempermudah prosses pengeringan biji di bawah sinar matahari (Rukmana,
1997).
Tanah
Jagung menghendaki struktur
tanah yang gembur dan berdrainase baik.
Oleh karenanya, lahan yang akan ditanamai perlu diadakan pengolahan. Tidak
seperti padi, tanaman jagungb tidak tahan terhadap genangan, sehingga budi daya
yang sangat ideal jika tersedia (air) mencukupi (Wirawan dan Wahyuni, 2002).
Tanah sebagai media tumbuh tanaman
dapat pula dimanipulasi dengan maksud agar pertumbuhan tanaman di atasnya
menjadi semakin baik sehingga dapat diproduksi secara maksimal (Ashari, 1995).
Tanaman kedelai sebenarnya dapat
tumbuh di semua jenis tanah. Namun demikian, untuk mencapai tingkat pertumbuhan
dan produktivitas yang optimal, kedelai harus di tanam pada jenis tanah
berstruktur lempung berpasir atau liat berpasir (Adisarwanto, 2005).
Tanah ber-PH 5,5 yang diberi kapur
2-4 ton/ha terbukti dapat menaikan hasil. Untuk tanah kurang subur dianjurakan
diberi pupuk kandang terlebih dahulu sebagai pupuk dasar sebanyak 10-15 ton/ ha
(Lingga dan Marsono, 2005).
Tanah merupakan sistem despersi tiga
fase yang selalu berada dalam keadaan seimbang, dinamis. Ketiga fase tersebut,
yaitu fase padat, fase cair, dan fase gas, merupakan sistem yang selalu berubah
tetapi berada dalam keadaan seimbang (Islami dan Wani, 1995).
Tanaman kedelai tumbuh baik pada
tanah yang subur dan memiliki drainase yang baik, tetapi kedelai toleran pada
hampir semua jenis tanah. Tanah untuk pertumbuhan kacang kedelai sebaiknya
mengandung Nitrogen dan campuran Bakteri. Kacang kedelai yang di tanam pada
lahan yang sama selama 2-3 tahun
berturut-turut akan memberikan hasil panen yang baik pada tahun- tahun berikutnya (Duke, 1983).
Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan
berarti pertambahan ukuran. Karena organism multisel tumbuh dari zigot,
pertambahan itu bukan hanya dalam volume, tetapi juga dalam bobot, jumlah sel,
banyak protoplasma, dan pertumbuhan perlu diukur (Salisbury dan Ross, 1986).
Agar dapat menjelaskan peranan
masing-masing fase pada pertumbuhan tanaman dan membuat perhitungan secara
kuantitatif diperlukan kejelasan hubungan antara ketiga fase tersebut. Jika
tanah disederhanakan sebagai sistem 3
fase yang masing-masing fase digambarkan secara terpisah (Islami dan Wani, 1995).
Pertumbuhan pada tumbuhan tidak
terbatas karena meristem pucuk pada selalu membela dan menambah jumlah sel-sel.
Sel-sel tersebut sebagian besar
mengalami diferensiasi menjadi jaringan dewasa, sedangkan yang lain tetap bersifat
embrional / meristematik (Nugroho dan Issirep, 2005).
Pertumbuhan pada pertumbuhan
langsung terbatas pada beberapa bagian tertentu yang terdiri dari sejumlah sel
yang baru saja dihasilkan melalui proses
pembelahan dan meristem (Salisbury dan Ross, 1986).
Perkembangan merupakan semua
kejadian yang secara rinci mendukung/berpartisipasi dalam membentuk badan
tumbuhan. Dalam perkembangan terjadi proses tumbuh dan berdiferensiasi. Tumbuh
dapat didefinisikan sebagai pertambahan volume/ukuran secara irreversible yang
diikuti oleh pembelahan sel. Pembentukan sel, sintesis protein, sintesis
dinding sel, pembentukan organel dan lain-lain. Sementara berdiferensiasi
merupakan modifikai untuk memiliki fungsi khusus (Nugroho dan Issirep, 2005).
Perkembangan
reproduktif tanaman kedelai di bagi dalam delapan tahap, dari tahap mulai
berbunga hingga tahap matang penuh. Selama perkembangan reproduktif ini tanaman
kedelai sensitif terhadap cekaman lingkungan, termasuk kompetisi dengan tanaman
lain di sekitarnya (Harjoni, 2006).
Pengertian pertumbuhan membutuhkan ukuran
secara tepat dan dapat dibaca dengan bentuk kuantitatif yang dapat diukur.
Analisis pertumbuhan merupakan suatu cara untuk mengikuti dinamika fotosintesis
yang diukur oleh produksi bahan kering (Sumarsono, 2000).
Pertumbuhan
beberapa spesies tanaman akan berhenti ketika memasuki masa generatif.
Sedangkan spesies lain akan berlanjut selama tumbuhan tersebut hidup.
Pertumbuhan yang berhenti ketika memasuki massa generatif disebut pertumbuhan
determinate, sedangkan pertumbuhan yang berlangsung selama tumbuhan tersebut hidup disebut pertumbuhann
indeterminate
(Salisbury dan Ross, 1995).
Setiap tanaman mempunyai koordinasi
yang baik pada perkembangan bagian-bagian tanaman. Hal ini terlihat pada ukuran
bagian-bagian tanaman yang berkembang sesuai dengan tingkat pertumbuhan tanaman
(Islami dan Wani,1995).
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan, yang secara luas dapat dikategorikan sebagai
faktor eksternal (lingkungan) dan faktor internal (genetik), dikelompokan
sebagai berikut : I. Faktor Eksternal : a. iklim = cahaya, temperatur, air,
panjang hari, angin dan gas (CO2, O2, N2, SO2,
Nitrogen (N) Oksida, Fl, Cl, dan O3, b. edafik (tanah) = tekstur, struktur,
bahan organic, kapasitas pertukaran katian (catio exchange capacity, CEC), pH,
kejenuhan basa, dan ketersedian nutrient, c. biologi= gulma, serangga,
organisme penyebab penyakit nematoda macam-macam tipe herbivor, dan mikro
organisme tanah, seperti bakteri pemfiksasi N2 dan bakteri denitrifikasi,
serta mikorhiza (asosiasi simbiotik antara jamur dengan akar tanaman). II.
Faktor Internal : 1.ketahanan terhadap tekanan iklim, tanah dan biologis, 2.
Laju fotosintetik, 3. Respirasi, 4. Pembagian hasil asimilasi dan N, 5.
Klorofil, keroten dan kandungan pigmen lainny, 6. Tipe dan letak meristem, 7.
Kapasitas untuk menyimpan cadangan makanan, 8. Aktifitas enzim, 9. Pengaruh
langsung gen (misalnya heterosis, epistasis), 10. Diferensiasi. Faktor-faktor
yang ada dibawah pengendalian genetik yang menyumbang
hasil panen sangatlah banyak, ini hanyalah sebagian daftar (Salisbury dan Ross, 1995).
Tempat dan Waktu Percobaan
Percobaan ini dilakukan di
Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 25 m di atas
permukaan laut. Percobaan ini di laksanakan pada tanggal 17 September 2011
sampai dengan selesai.
Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan dalam
percobaan ini adalah benih jagung (Zea
mays L.) sebagai objek percobaan, dan top soil, pasir, kompos sebagai media
tanam, label nama untuk memberi tanda pada polibag dan polibag sebagai wadah
percobaan. Air untuk menyiram benih, polibag sebagai wadah percobaan.
Adapun alat yang digunakan adalah
cangkul untuk membersihkan gulma dan mengolah tanah/lahan, meteran untuk
mengukur lahan dan untuk mengukur tinggi tanaman, batu bata sebagai alas
polibag, tali plastik untuk membatasi lahan, pacak untuk pembatasan lahan,
ayakan untuk mengayak pasir dan top soil, buku data untuk menulis data, alat
tulis untuk menulis data, gembor untuk menyiram tanaman kacang hijau, spanduk
sebagai pembatas lahan dan gunting untuk menggunting tali plastik.
Prosedur Percobaan
-
Diisi
media ke dalam polibag yaitu campuran top soil, pasir, dan kompos dengan
perbandingan 2 : 1 : 1.
-
Direndam benih jagung yang hendak di tanam dalam air
selama 15 menit.
-
Dibersihkan lahan dari gulma dan di
susun batu bata sebanyak 4 buah dengan 2 batu bata sebagai landasan setiap
polibag.
-
Dibuat 3 buah lubang pada setiap polibag.
-
Ditanam benih yang sudah di rendam pada
polibag sebanyak 2 benih tiap lubang.
-
Diamati jumlah daun ( helai ) dan tinggi
tanaman ( cm ) tiap minggu.
-
Dicatat data diagram grafiknya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tinggi Tanaman
MST
|
Sampel
|
Total
|
Rataan
|
|
1
(cm)
|
2
(cm)
|
|||
1
|
13,1
|
3
|
7
|
3,5
|
2
|
26
|
3
|
7
|
3,5
|
3
|
51
|
9
|
23
|
11,5
|
4
|
90
|
16
|
36
|
18
|
5
|
99,2
|
18
|
40
|
20
|
6
|
104
|
21
|
46
|
23
|
7
|
107,3
|
44
|
102
|
51
|
8
|
108
|
96
|
186
|
93
|
9
|
109
|
91
|
184
|
92
|
Jumlah Daun
MST
|
Sampel
|
Total
|
Rataan
|
|
1
(helai)
|
2
(helai)
|
|||
1
|
2
|
2
|
4
|
2
|
2
|
3
|
2
|
5
|
2,5
|
3
|
4
|
3
|
7
|
3,5
|
4
|
7
|
5
|
12
|
6
|
5
|
9
|
7
|
16
|
8,1
|
6
|
11
|
8
|
19
|
9,5
|
7
|
12
|
9
|
21
|
10,5
|
8
|
13
|
9
|
22
|
11
|
9
|
13
|
9
|
22
|
11
|
Pembahasan
Dari hasil pengamatan, tanaman
jagung mengalami fase logaritmik. Hal ini dapat dilihat pada rataan tinggi tanaman
jagung, pada 1 MST sampai 2 MST yaitu 13,4 cm menjadi 26,25 cm, dan pada rataan
daun tanaman jagung, pada 1 MST dan 3 MST yaitu 2 cm menjadi 3,5 cm. Fase ini
menunjukkan adanya pertambahan ukuran atau jumlah seiring jalannya waktu. Hal
ini sesuai dengan literatur Salisbury dan Ross (1995) yaitu pada fase
logaritmik, ukuran (v) bertambah secara eksponensial sejalan dengan waktu (t).
ini berarti laju pertumbuhan (dv/dt) lambat pada awalnya, tapi kemudian
meningkat terus laju berbanding lurus dengan ukuran organisme; semakin besar
organisme, semakin cepat ia tumbuh .
Dari
hasil pengamatan, tanaman jagung mengalami fase linier. Hal ini dapat dilihat
pada rataan tinggi tanaman jagung, pada 3 MST sampai 6 MST yaitu 51,5 cm menjadi 104 cm dan pada rataan daun tanaman jagung
pada 4 MST sampai 7 MST yaitu 6 cm menjadi 9,5 helai. Fase ini menunjukkan
adanya pertumbuhan yang konstan. Hal ini sesuai dengan literatur Salisbury dan Ross (1996) yaitu pada fase
linier, pertambahan ukuran berlangsung secara konstan, biasanya pada laju maksimum
selama beberapa waktu lamanya.
Dari
hasil pengamatan, tanaman jagung mengalami fase penuaan . Hal ini dapat dilihat
pada rataan tinggi tanaman jagung bahwa ada rataan tinggi dari 7 MST sampai 9
MST yaitu 107,65 cm menjadi 109,5 cm dan pada rataan daun tanaman jagung dari 8
MST sampai 9 MST yaitu 11 helai (tidak mengalami penambahan daun). Fase penuaan
ini menunjukkan adanya penurunan, karena tanaman jagung telah mencapai
kematangan. Hal ini sesuai dengan literatur Salisbury dan Ross (1996) yaitu pada
fase penuaan dicirikan dengan laju pertumbuhan yang menurun, saat tumbuhan sudah
mencapai kematangan.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan, tanaman terdiri atas (1) faktor eksternal (lingkungan) a.
iklim = cahaya, temperatur, air, panjang hari, angin dan gas (CO2, O2,
N2, SO2, Nitrogen (N) Oksida, Fl, Cl, dan O3, b. edafik
(tanah) = tekstur, struktur, bahan organic, kapasitas pertukaran katian (catio
exchange capacity, CEC), pH, kejenuhan basa, dan ketersedian nutrient, c.
biologi= gulma, serangga, organisme penyebab penyakit nematoda macam-macam tipe
herbivor, dan mikro organisme tanah, seperti bakteri pemfiksasi N2
dan bakteri denitrifikasi, serta mikorhiza (asosiasi simbiotik antara jamur
dengan akar tanaman). (2) faktor Internal : 1.ketahanan terhadap tekanan iklim,
tanah dan biologis, 2. Laju fotosintetik, 3. Respirasi, 4. Pembagian hasil
asimilasi dan N, 5. Klorofil, keroten dan kandungan pigmen lainny, 6. Tipe dan
letak meristem, 7. Kapasitas untuk menyimpan cadangan makanan, 8. Aktifitas
enzim, 9. Pengaruh langsung gen (misalnya heterosis, epistasis), 10.
Diferensiasi. Faktor-faktor yang ada dibawah pengendalian genetik yang menyumbang
hasil panen sangatlah banyak, ini hanyalah sebagian daftar (Salisbury dan Ross, 1995).
Pertumbuhan
tanaman jagung (Zea mays L.) termasuk
tipe pertumbuhan determinate. Karena pertumbuhan tanaman akan berhenti setelah
memasuki fase generatif. Hal ini sesuai dengan literatur Salisbury dan Ross (1995) yang menyatakan
bahwa pertumbuhan yang berhenti ketika memasuki massa generatif disebut
pertumbuhan determinate, sedangkan pertumbuhan yang berlangsung selama
tumbuhan tersebut hidup disebut
pertumbuhann indeterminate.
KESIMPULAN
DAN SARAN
Kesimpulan
1. Dari
hasil pengamatan, tanaman jagung mengalami fase logaritmik. Hal ini dapat
dilihat pada rataan tinggi tanaman jagung, pada 1 MST sampai 2 MST yaitu 13,4 cm menjadi 26,25 cm, dan pada
rataan daun tanaman jagung, pada 1 MST dan 3 MST yaitu 2 cm menjadi 3,5 cm.
2. Dari
hasil pengamatan, tanaman jagung mengalami fase linier. Hal ini dapat dilihat
pada rataan tinggi tanaman jagung, pada 3 MST sampai 6
MST yaitu 51,5 cm menjadi 104 cm dan pada rataan daun tanaman jagung
pada 4 MST sampai 7 MST yaitu 6 cm menjadi 9,5 helai.
3. Dari
hasil pengamatan, tanaman jagung mengalami fase penuaan . Hal ini dapat dilihat
pada rataan tinggi tanaman jagung bahwa ada rataan tinggi dari 7 MST sampai 9
MST yaitu 107,65 cm menjadi 109,5 cm dan pada rataan daun tanaman jagung dari 8
MST sampai 9 MST yaitu 11 helai (tidak mengalami penambahan daun).
4. Faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan, tanaman terdiri atas (1) faktor eksternal (lingkungan) a.
iklim , b. edafik (tanah) , c. biologi. (2) faktor Internal : 1.ketahanan terhadap tekanan
iklim, 2. Laju fotosintetik, 3. Respirasi, 4. Pembagian hasil asimilasi dan N, 5. Kandungan
pigmen , 6. Tipe dan letak meristem, 7. Kapasitas menyimpan
cadangan makanan, 8. Aktifitas enzim, 9. Pengaruh langsung gen.
5. Pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.) termasuk tipe pertumbuhan
determinate.
Saran
Sebaiknya praktikan melakukan
perawatan secara intensif agar diperoleh hasil yang maksimal dan dapat sesuai
dengan fase-fase pertumbuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Ashari.,S.,1995.Hortikultura
Aspek Budi Daya.UI Press, Jakarta.
Fisher,N.M., and
Goldsworthy, P.R., UGM Press.Yogyakarta.
Fitter,A.H., and
R.K.M.Hay., 1991.Fisiologi Lingkungan Tanaman. Terjemahan Sri Andini dan E.D
Purbayanti. UGM Press.Yogyakarta.
Hartman,H.T.,
and Flocker,W.J.198.Growth.Development aand Utilization of Cultivated
Plants.Englewood Cliffs,New Jersey.
Jain,V.K.,1982.
1982. Fundamental of Plant Physiology. S. Chand & Company. New Delhi
Kartasapoetra,
A.G. 1988. Teknologi Budidaya Tanaman Pangan di Daerah Tropik. Bina Aksara.
Jakarta
Lakitan,
B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Raja Grafindo Persada.
Jakarta
_________.
1996. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Nugroho
dan Sumardi. 1989. Biologi Dasar. Penebar Swadaya. Jakarta
Pain,
A dan Gibbon, D. 1999. Crops of The Driver Regions of The Tropics. Intermediate
Tropical Agriculture Series. New York
Pradhan,
S. 2001. Plant Physiology. HAR-ANAND PUBLICATIONS PVT-ltd. New Delhi
Rukmana, H.R.
1997. Budidaya Baby Corn. Kanisus. Jakarta
____________.
1997. Usaha Tani Jagung. Kanisius. Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar